Kirim Dawuhan, Warga Dukuh Bagusan, Desa Paringan Tetap Erat Lestarikan Budaya Leluhur

  • Bagikan

Foto : Warga Dukuh Bagusan, Desa Paringan saat melakukan rituwalan di lokasi Dawuhan, Jum’at (26/01/2024).

PONOROGO I desaparingan.id – Bagi masyarakat muslim Jawa, ritualitas sebagai wujud pengabdian dan ketulusan penyembahan kepada Allah, sebagian diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol ritual yang memiliki kandungan makna mendalam. Simbol-simbol ritual merupakan ekspresi atau pengejawantahan dari penghayatan dan pemahaman akan “realitas yang tak terjangkau” sehingga menjadi “yang sangat dekat”. Dengan simbol-simbol ritual tersebut, terasa bahwa Allah selalu hadir dan selalu terlibat, “menyatu” dalam dirinya.

Simbol ritual dipahami sebagai perwujudan maksud bahwa dirinya sebagai manusia merupakan tajalli, atau juga sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan.

Sebagaimana diketahui, dalam tradisi Islam Jawa, setiap kali terjadi perubahan siklus kehidupan manusia, rata-rata mereka mengadakan ritual slametan, dengan memakai berbagai benda-benda makanan sebagai simbol penghayatannya atas hubungan diri dengan Allah. Slametan sendiri berasal dari kata Slamet yang berarti selamat, bahagia, sentausa.

Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden yang tidak dikehendaki. Sehingga slametan bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan masyarakat Jawa yang biasanya digambarkan sebagai tradisi ritual, baik upacara di rumah maupun di desa, bahkan memiliki skala yang lebih besar. Dengan demikian, slametan memiliki tujuan akan penegasan dan penguatan kembali tatanan kultur umum. Di samping itu juga untuk menahan kekuatan kekacauan (talak balak).

Seperti kali ini, tradisi selamatan kirim Dawuhan yang dilakukan oleh para warga Dusun Bagusan, Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. “Selamatan ini rutin dilakukan oleh para petani di Dukuh Bagusan di setiap awal musim tanam,”terang Suwendi, SH., Msi Kepala Desa Paringan, Jum’at (26/01/2024).

Lebih lanjut, Suwendi menyampaikan bahwa Selamatan ini bertujuan mengirim doa kepada para leluhur dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya tanaman masayarkat dijauhkan dari segala hama dan bencana dan selalu diberikan hasil panen yang melimpah dan barokah.

“Saya sebagai Kepala Desa Paringan mendukung masyarakat masih erat melesatarikan adat istiadat desa yang mana dulu juga di lakukan oleh para leluhurnya. Dan ini bentuk tradisi kearifan lokal yang baik dan selalu dipelihara oleh warga,”tandasnya.

  • Reporter : Media Center Desa.
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *